Sebuah studi memaparkan komposisi musik Mozart tidak hanya menenangkan juga membantu proses penyembuhan penderita epilepsi.
Komposisi musik Mozart yang dapat menenangkan aktivitas otak pada penderita epilepsi, dipercaya juga memiliki kekuatan dalam membantu proses penyembuhan berkat melodi yang menciptakan efek kejut, menurut penelitian yang diterbitkan pada Kamis (16/9) kemarin.
Penelitian terhadap 16 pasien epilepsi di rumah sakit yang tidak menunjukkan hasil pengobatan telah meningkatkan harapan bahwa musik dapat digunakan untuk perawatan non-bedah baru.
“Mimpi utama kami adalah untuk mendefinisikan genre musik ‘anti-epilepsi’ dan menggunakan musik untuk meningkatkan kehidupan mereka yang menderita epilepsi,” kata Robert Quon dari Dartmouth College yang ikut menulis penelitian yang diterbitkan dalam laporan Scientific, seperti dikutip AFP.
Komposisi Mozart Sonata for Two Pianos in D Major K448 telah dikenal karena efeknya pada kognisi dan aktivitas otak lainnya, tetapi para peneliti masih berusaha memahami alasannya.
Dalam studi ini, para ilmuwan memainkan karya tersebut untuk pasien yang dilengkapi dengan sensor implan otak untuk memantau terjadinya IED – peristiwa otak singkat namun berbahaya yang diderita oleh penderita epilepsi di antara kejang.
Mereka menemukan IED menurun setelah 30 detik mendengarkan, dengan efek signifikan di bagian otak yang terkait dengan emosi.
Ketika mereka membandingkan respons terhadap struktur karya, mereka menemukan efek meningkat selama transisi antara frasa musik yang lebih panjang – yang berlangsung sepuluh detik atau lebih.
Quon mengatakan temuan itu menunjukkan bahwa frase melodi yang lebih panjang dapat menciptakan efek antisipasi – dan kemudian respons emosional yang positif.
Mozart Effect sendiri telah menjadi subjek penelitian para ilmuwan sejak lama dengan pada 1993 mengklaim bahwa orang yang mendengarkan K448 selama 10 menit menunjukkan peningkatan keterampilan penalaran spasial.
Penelitian selanjutnya telah menguji efek K448 pada berbagai fungsi dan gangguan otak, termasuk epilepsi.
Tetapi penulis mengatakan bahwa penelitian kali ini adalah yang pertama untuk memecah pengamatan berdasarkan struktur lagu, yang mereka gambarkan sebagai “diatur oleh tema melodi yang kontras, masing-masing dengan harmoni dasarnya sendiri.”
Seperti penelitian sebelumnya, pasien tidak menunjukkan perubahan aktivitas otak saat terkena rangsangan pendengaran lain atau musik yang bukan K448 – bahkan yang berasal dari genre musik favorit mereka.
Para pasien dalam penelitian ini juga mendengarkan 90 detik karya Wagner yang ditandai dengan perubahan harmoni tetapi “tidak ada melodi yang dikenali.”
Mendengarkan Wagner tidak menghasilkan efek menenangkan, membuat para peneliti menganggap melodi sama pentingnya di K448.
Studi ini kemudian mencatat bahwa pengujian lebih lanjut dapat menggunakan potongan musik lain yang dipilih dengan cermat sebagai perbandingan untuk menentukan komponen terapeutik sonata.
Referensi: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210917154030-260-695824/studi-beberkan-alasan-musik-mozart-bantu-pengobatan-epilepsi.