Menurut Wikipedia, psikosomatis ialah kondisi di mana sejumlah konflik psikis atau psikologis dan kecemasan menjadi sebab dari timbulnya macam-macam penyakit jasmaniah atau justru membuat semakin parahnya suatu penyakit jasmaniah yang sudah ada.
Hal ini sesuai dengan kata psikosomatis itu sendiri yang berasal dari kata pyscho yang berarti pikiran dan soma yang berarti tubuh atau fisik. Bahasa awam untuk kondisi ini adalah “penyakit pikiran”, karena setiap keluhan muncul ketika seseorang memiliki beban fikiran, stress, dan sebagainya.
Kasus pasien-pasien dengan keluhan psikosomatis ini banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari, bahkan Anda juga bisa mengalaminya. Sebagai contoh, ada orang ketika patah hati plus stress akibat kehilangan pekerjaan, tubuhnya jadi lemah seperti tidak bertenaga, sakit kepala dan tidak nafsu makan. Jika ia datang ke dokter, hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak akan memperlihatkan adanya keganjalan medis.
Pada kasus-kasus lainnya, pasien mengeluhkan berbagai macam keluhan yang tersebar di seluruh tubuhnya, padahal dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil yang normal. Itulah psikosomatis, ada keluhan tetapi tidak ada penyakitnya, tidak dapat dijelaskan secara medis konvensional.
Namun jika gangguan psikologis ini dibiarkan, lama kelamaan dapat juga menimbulkan gangguan pada kesehatan fisik. Misal: gangguan psikologis yang menyebabkan pasien tidak mau makan dan minum, maka lama kelamaan dapat menimbulkan nyeri ulu hati, dehidrasi, kekurangan nutrisi dan sebagainya.
Bukan hanya psikosomatis bisa menimbulkan penyakit baru, ia juga bisa memperburuk penyakit fisik seseorang yang sudah ada seperti misalnya gangguan kulit (psoriasis dan eksema), tekanan darah tinggi, diabetes, hipertiroid dan penyakit jantung.
Apa Saja Gejala-Gejala Psikosomatis?
Gejala yang timbul dari gangguan psikosomatis berbeda-beda di tiap individu. Beberapa gejala yang sering dikeluhkan oleh penderita psikosomatis antara lain :
- Jantung berdebar-debar.
- Sesak nafas.
- Lemas atau tidak dapat menggerakkan anggota tubuh sama sekali.
- Nyeri ulu hati.
- Tidak nafsu makan.
- Susah tidur.
- Nyeri kepala.
- Nyeri seluruh tubuh.
- Dan sebagainya.
Pada pasien yang memang sudah memiliki gangguan fisik kemudian mengalami masalah psikologis, umumnya akan memiliki gejala-gejala penyakit yang semakin memburuk.
Pasien psikosomatis umumnya suka berganti-ganti dokter sampai benar-benar menemukan dokter yang cocok, mau mengerti, dan mendengarkan setiap keluhannya. Pasien tidak terima jika dikatakan dirinya baik-baik saja dan tidak ada yang bermasalah, sehingga mencari dokter lain yang dapat memahami kondisi pasien.
Penyebab Psikosomatis
Penyebabnya tentu saja psikologis atau kejiwaannya. Kejiwaan yang meliputi hati dan pikiran seseorang, belum siap atau belum bisa menerima suatu keadaan/masalah sehingga ia bereaksi negatif serta menolak realita yang ada.
Atau bisa juga seseorang memiliki “program” sugesti atau keyakinan yang salah tentang sesuatu hal di mana program yang salah tersebut langsung bereaksi ketika pemicunya muncul. Contohnya adalah keyakinan bahwa makan harus tepat waktu karena jika tidak tepat waktu, perut PASTI akan sakit. Nah, ketika orang tersebut terlambat makan, maka ia pasti sakit perut.
Bagaimana Mengobatinya dengan Benar?
Karena psikosomatis adalah kondisi psikologis, obatnya tentu saja bersifat psikis seperti misalnya: nasehat, dorongan semangat, ajaran dan pencerahan. Doa yang keluar dari hati juga perlu dalam mengobati psikosomatis.
Beberapa terapis menggunakan hipnotis, herbal penenang, atau EFT (Emotional Freedom Technique).
Beberapa aktivitas juga bisa membantu mengobati psikosomatis seperti misalnya: olahraga, sibuk dengan hobi atau kegiatan yang disukai, mendengarkan musik yang positif dan ceria, beribadah, jalan-jalan dengan teman atau orang yang dikasihi, dan aktivitas positif lainnya.
Dari semua hal di atas, itu artinya obat untuk psikosomatis bukan hanya satu dan bukanlah obat kimia atau sintetis.
Jika pasien hanya memakai obat kimia seperti antidepresan untuk psikosomatis, penyakitnya akan tetap ada bahkan akan bertambah parah.
Kenapa tambah parah?
- Karena antidepresan hanya menenangkan syaraf dan tidak menghilangkan akar permasalahan. Ketika efek antidepresan hilang, pasien akan merasa perlu minum obat lagi sehingga timbul ketergantungan.
- Semua antidepresan memiliki efek samping dan lama-lama dosisnya bisa terus naik. Efek samping ini bisa ringan, menengah, bahkan sampai parah seperti kerusakan organ dan keinginan bunuh diri. Ini sama saja menyelesaikan masalah dengan masalah.
- Efek samping dari antidepresan membuat Anda bergantung dengan obat lainnya lagi untuk mengobati efek samping tersebut, dan sialnya obat untuk efek samping tersebut juga ada efek sampingnya. Ini sama saja dengan “lingkaran setan” yang tidak ada ujungnya!
Dokter yang menangani pasien psikosomatis, harus lebih peka dalam mendengarkan setiap keluhan pasien. Dokter tidak hanya mengobati gejala fisik yang dikeluhkan pasien, namun juga harus menemukan penyebab penyakitnya. Adakah permasalahan pribadi, keluarga, atau sosial yang melatarbelakangi timbulnya keluhan pada pasien.
Terkadang pasien akan merasa jauh lebih baik, apabila ada yang mau mendengarkan keluhan-keluhan mereka. Dukungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal juga sangat berperan untuk membantu kesembuhan pasien psikosomatis. Keluarga dan lingkungan harus selalu mendukung dan menciptakan suasana positif, agar kondisi psikologis pasien menjadi lebih stabil.
Mengobati Secara Mandiri
- Doa & Curhat dengan Tuhan
Ini adalah langkah pertama yang harus Anda lakukan karena Tuhan suka jika didahulukan di atas segalanya. Pribadi pertama yang harus Anda cari adalah Tuhan dan ketika berdoa, berdoalah dari hati, bukan sekedar “laporan” dari bawahan ke bosnya. Curhatlah karena Dia adalah Pendengar yang baik dan siap menolong Anda.
Tapi jangan berharap bahwa Tuhan akan PASTI menghilangkan masalah Anda begitu saja. Yang mustahil itu bagiannya Tuhan dan sisanya yang tidak mustahil adalah bagian Anda. Contoh: Anda komitmen obati maag psikosomatisnya sedangkan kesembuhannya mau cepat atau lambat serahkan ke Tuhan.
- Cari Mentor
Jika Anda tidak bisa menghadapinya sendiri, carilah mentor yang bisa memandu Anda keluar dari masalah Anda. Lebih baik lagi jika mentor tersebut pernah menghadapi permasalahan yang mirip dengan Anda.
- Baca Buku Self Help
Saya juga sering melakukan ini apalagi jika tidak bisa menemukan mentor. Buku self help ditulis oleh orang-orang yang pernah mengalami masalah dan berhasil mengatasinya. Atau bisa juga ditulis oleh pakar yang telah berhasil menangani kasus-kasus clientnya.
Contoh buku-buku yang saya rekomendasikan adalah “The Power of Positif Thinking” karya Norman Vincent Peale dan “Law of Resonance” karya Pierre Franckh. Anda bisa membelinya di toko buku terdekat seperti misalnya Gramedia dan Gunung Agung.
- Lakukan Hobi
Bantu diri Anda sendiri dengan melakukan apa yang Anda suka. Hidup terlalu singkat dan jangan sia-siakan dengan hal-hal yang merugikan diri sendiri. Contoh: Daripada menyia-nyiakan hidup dengan berdiam diri, lebih baik berkarya dengan melakukan hobi Anda sehingga Anda tidak lagi tenggelam dalam kesedihan atau kondisi negatif lainnya.
- Bersosialisasi
Ngobrol-ngobrol atau melakukan aktivitas menyenangkan dengan teman-teman bisa menyembuhkan luka batin Anda atau setidaknya melupakan pikiran negatif Anda. Contoh: Daripada mengurung diri menyesali diri atau larut dalam kesedihan, lebih baik pergi keluar nonton bioskop dengan teman-teman.
- Puasa Serba Negatif
Hindari semua hal yang “berbau” negatif apalagi yang berhubungan dengan masalah Anda. Jangan konsumsi konten medsos yang negatif, berita-berita negatif, dan juga film atau musik negatif. Orang-orang yang bisa memberikan pengaruh negatif juga lebih baik Anda hindari saja.
Ingat ini: Negatif artinya mengurangi, positif artinya menambah. Hal-hal yang bersifat negatif hanya akan mengurangi kualitas hidup Anda, sedangkan hal yang bersifat positif akan menambah kualitas hidup Anda.
- Abaikan Sugesti Negatifnya, Jangan Dilawan!
Ini mirip dengan poin 6 di atas tapi bedanya poin 7 ini lebih khusus ke sugesti negatif yang membuat kondisi fisik Anda makin parah. Meladeni sugesti negatif hanya akan memperkuat keberadaannya dan membuat Anda capek sendiri.
Sama seperti misalnya ada orang yang mengajak Anda bertengkar, jika Anda ladeni ada 2 kemungkinan yang terjadi, yaitu Anda kalah atau Anda menang. Jika pun Anda menang, Anda tetap rugi karena “pertempuran” ini menguras energi fisik, pikiran dan perasaan Anda. Jadi daripada capek sendiri, lebih baik dicuekin saja karena toh tidak penting 🙂
- Obati Sakit Fisiknya
Psikosomatis di level tertentu memang memunculkan penyakit fisik yang “nyata”. Nah, penyakit fisik ini juga harus diobati. Contoh: Stress berkepanjangan telah membuat Anda sakit maag yang akut dan kronis. Selain menghilangkan stress, Anda perlu mengobati maagnya juga dengan herbal atau suplemen tertentu. Jika tidak diobati maagnya, perut Anda akan tetap sakit walaupun Anda tidak stress. Ini diakibatkan karena maag Anda sudah cukup parah.
PS: Untuk membantu Anda lebih paham tentang psikosomatis dan bagaimana menyembuhkannya, saya berikan contohnya dari pengalaman saya sendiri yang bisa Anda lihat DI SINI.
Healindonesia, Dt Awan (Andreas Hermawan)