Saya pribadi turut berdukacita dengan berpulangnya Ibu Ani Yudhoyono, setelah berjuang sekian lama dengan kanker darah (leukemia).
Dari kejadian ini, saya mau berpesan ke teman-teman untuk jangan melawan kanker apapun terutama leukemia dengan kimia seperti misalnya kemoterapi dan obat-obatan pendamping lainnya yang biasa dipakai untuk mengatasi efek sampingnya.
Mohon maaf, memang saya sengaja menyertai foto-foto Ibu Ani karena efek ke penderita dan keluarga pasien akan lebih besar. Di luar sana juga ada foto-foto beliau tapi isinya hanya berita duka dan info tentang leukemia saja. Memang berita-berita di luar sana itu baik, tapi efek ke pasien dan keluarga pasien jadi negatif yaitu mereka makin takut karena baru saja tokoh nasional yang menderita penyakit yang sama meninggal dunia. Mereka was-was nasibnya bakal sama sebentar lagi. Jadi saya menuliskan ini beserta foto-foto Ibu Ani untuk menetralisir perasaan mereka, menenangkan mereka, memberikan harapan bahwa penyakit ini masih ada solusinya.
Kita lanjut lagi tentang leukemia. Begini logika medisnya: sel darah putih itu punya sifat untuk melawan apapun yang asing di dalam tubuh, baik itu virus, bakteri, toksin-toksin atau zat kimia yang juga asing bagi tubuh. Itu sudah sifat dan kodratnya.
Kanker darah merupakan kondisi dimana sel darah putih jumlahnya TERLALU BANYAK dan mereka ini agresif menyerang termasuk tubuh sendiri. Jadi bayangkan saja apa yang terjadi jika “mereka” yang agresif ini diberikan kimia yang merupakan zat asing dan dianggap lawan? Tentu saja mereka makin ganas dan timbullah “peperangan” di dalam tubuh dan seperti yang kita tahu bahwa perang mengakibatkan kerusakan besar.
Tubuh memiliki sifat, program, atau kodrat yaitu jika ada sesuatu yang asing masuk ke dalam dan ternyata sesuatu tersebut adalah racun, tubuh akan memproduksi banyak pasukan termasuk sel darah putih untuk melawan racun tersebut. Ini sudah sifat dan kodratnya.
Jadi sudah bisa dibayangkan ketika kita memberikan kemoterapi yang bersifat racun, tubuh akan melawan balik dengan memproduksi lebih banyak sel darah putih lagi.
Tahu tidak sifatnya kemo seperti apa? Sifatnya adalah racun yang mematikan bukan hanya sel kanker saja, tapi juga sel sehat lainnya! Dari sifatnya ini kita sudah jelas bahwa tubuh PASTI bakal melawannya.
STRATEGI YANG SALAH MELAWAN LEUKEMIA
Logika perang dengan bom atom: suatu negara A (pasien) telah dikuasai oleh kelompok pemberontak. Saking banyak dan hebatnya para pemberontak ini sehingga pemerintah negara A tersebut kewalahan dan kalah.
Negara lain yaitu negara B (dokter) berniat membantu menyelamatkan negara A. Negara B berinisiatif meluncurkan bom atom ke negara A!
Bom atom pun diluncurkan, ditujukan ke kota-kota di mana para pemberontak berada.
Bom atomnya berhasil! Banyak pemberontak yang mati karena bom ini, tapi na’asnya, petugas keamanan dan warga tak bersalah juga banyak yang mati!!!
Kota-kota yang terkena bom atom telah hancur. Banyak yang tidak selamat dari serangan ini.
Mati satu tumbuh seribu. Itu pun berlaku dengan sel kanker para pemberontak Ini. Melihat kondisi yang tragis seperti ini justru menambah jumlah pemberontakan. Mereka yang sebelumnya bukan pemberontak, kini jadi pemberontak karena geram dengan kebijakan pemerintah yang salah!
Dulu pemberontakan hanya di 3 kota, kini makin bertambah jadi 5 kota. Pemerintah negara A (tubuh pasien) mengeluarkan lagi pasukan untuk memerangi para pemberontak dan pemerintah negara B (dokter) meluncurkan kembali bom-bom atomnya. Pertempuran dahsyat tak terlelakkan, bahkan lebih dahsyat dari sebelumnya. Dan tentu saja, hasilnya adalah kerusakan yang lebih dahsyat, juga kematian lebih banyak di semua pihak (bukan hanya pemberontaknya saja).
Apakah kini pemberontakan berhasil dilenyapkan? Tentu saja tidak. Pemberontak justru makin geram dan banyak pula yang sebelumnya tidak memberontak kini jadi pemberontak. Pemberontakan pun makin tersebar kemana-mana!
Pemerintah negara A (tubuh pasien) dan pemerintah negara B (dokter) kembali melakukan serangan seperti sebelumnya. Ini dilakukan terus berulang-ulang, sampai akhirnya negara A hancur total, baik oleh karena serangan bom-bom atom, serangan pemberontak dan efek merusak peperangan itu sendiri.
Sungguh menyedihkan, negara A akhirnya hilang dari peta dunia karena telah hancur 🙁
STRATEGI YANG BENAR MELAWAN LEUKEMIA
Negara C juga mendapat masalah kenegaraan yang sama dengan negara A, yaitu pemberontakan yang masif dan pemerintah juga kewalahan. Tapi pemerintah negara C (pasien) tidak meminta bantuan ke negara B (dokter konvensional).
Negara C meminta bantuan ke negara D (dokter/master medis holistik). Negara D mengirimkan agen-agen dan pasukan elit (herbal, suplemen dan terapi tertentu) untuk menjaga keamanan sekaligus menyerang para pemberontak yang agresif melakukan penyerangan.
Selain itu, pemerintah negara D juga mengedukasi dan membimbing pemerintah negara C apa yang harus diubah dari kepemerintahannya (pola makan, gaya hidup, pola pikir, dll). Bimbingan dan edukasi seperti ini membantu negara C menyukai pemerintahnya, mencerdaskan bangsanya, meningkatkan perekonomian dengan merata, dan sebagainya (roh, jiwa dan tubuh yang sehat).
Perubahan drastis seperti ini berhasil mengubah para pemberontak jadi tidak memberontak lagi, insaf jadi warga yang baik bahkan ada yang jadi nasionalist. Sedangkan para pemberontak yang keras kepala terpaksa dibinasakan (oleh pasukan herbal, suplemen dan terapi dari negara D juga oleh pasukan imun tubuh dan metabolisme negara C).
Karena strategi perang yang benar dan bimbingan dari negara D, kini negara C telah “sehat” tidak ada lagi masalah pemberontakan. Bahkan negaranya jadi jauh lebih makmur dan sejahtera dibandingkan sebelumnya.
PENGOBATAN YANG BENAR BUKAN HANYA MENYERANG, TAPI JUGA TRANSFORMASI DIRI
Selain strategi di contoh kedua (negara C) tadi, ada juga strategi lainnya dan ini sering dilakukan oleh kebanyakan orang yang beralih ke alternatif, yaitu strategi murni peperangan.
Banyak pasien hanya mengandalkan herbal, suplemen dan terapi fisik yang fungsinya untuk menyerang penyakit. Strategi ini memang berhasil dan tentu lebih aman dibandingkan kimia. Tapi karena pasien tidak dibimbing untuk berubah pola makan, pola pikir dan gaya hidupnya, maka pasien melakukan kembali kebiasaan lamanya sehingga muncullah kembali penyakitnya.
Jadi jika ingin terbebas tuntas dan PERMANEN dari penyakit, pakailah stategi yang dijalankan oleh negara C di atas, yaitu transformasi diri. Anda harus berubah. Rubahlah pola pikir, pola makan dan gaya hidup tidak sehat Anda!
Jika Anda masih belum tahu apa yang harus dilakukan, hubungilah dokter holistik, pakar herbal, pakar nutrisi holistik atau master medis holistik yang Anda kenal untuk minta dibimbing. Sama seperti perumpamaan pemerintah negara C yang dibimbing oleh pemerintah negara D di atas.
Semoga pelajaran medis holistik ini bisa memberikan petunjuk bagi Anda untuk bisa sehat dan sembuh!
Dt Awan (Andreas Hermawan), 03 Juni 2019
PS: Anda bisa melihat artikel lainnya tentang leukemia dari sisi medis holistik DI SINI.