Kontroversi konsumsi monosodium glutamate (MSG) atau penyedap rasa dalam makanan tak pernah usai. Asosiasi industri glutamat bersikeras MSG aman buat tubuh sebaliknya pakar kesehatan tak berhenti mengingatkan bahaya MSG.
Pelaku industri mengatakan glutamat buatan dalam MSG tidak berbeda dengan glutamat alami yang tertelan saat makan makanan yang mengandung protein. Pelaku industri mencontohkan setengah sendok teh MSG dalam setiap 1 pound (0,45 kg) daging berisi kurang dari 10 persen kandungan glutamat alami yang ada dalam daging ayam.
Sebenarnya amankah konsumsi MSG untuk tubuh?
Dilansir dari herbsspices, Senin (11/4/2010), badan pengawas obat dan makanan Amerika (FDA) mengakui MSG sebagai produk aman yang sama amannya seperti garam, merica dan gula.
Asosiasi industri glutamat mengutip rekomendasi badan kesehatan dunia (WHO) yang membatasi konsumsi MSG yang aman adalah 1/3 ounce per hari atau 9,45 gram per hari.
Tapi seperti dilansir helium.com, MSG memiliki efek samping bagi anak-anak dan orang dewasa. MSG memang membuat masakan menjadi lebih gurih karena mengandung garam sodium dari asam glutamat tapi tidak mengandung nilai gizi selain hanya untuk meningkatkan cita rasanya.
MSG juga dimasukkan dalam kategori excitotoxin atau neurotoksin yang memiliki efek yang lama kelamaan (degeneratif) merusak otak dan sistem saraf.
Cara kerja MSG yang merusak saraf otak ini melalui selaput di dalam mulut ketika dimasuki aliran darah melalui makanan yang mengandung MSG.
MSG dibuat dengan menggunakan proses buatan yang memecah dan mengubah glutamat terikat ke dalam bentuk bebas. Glutamat bebas ini bisa memasuki aliran darah 10 kali lebih cepat dibanding glutamat alami.
Efek MSG dan excitotoxins menyebabkan orang akan makan lagi setelah makanan makanan yang mengandung MSG karena efek MSG dan excitotoxins memicu insulin, adrenalin, penyimpanan lemak, ketagihan untuk makan.
Seperti dikutip dari eHow, Senin (12/4/2010) ada beberapa efek samping yang bisa timbul setelah mengonsumsi MSG yaitu:
- Sensasi atau rasa terbakar di bagian belakang leher dan dada
- Mual
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Rasa haus dan mulut kering
- Pusing
- Mengantuk
- Serta adanya hasrat untuk mengonsumsi makanan lain.
Reaksi terhadap MSG ini bisa terjadi kapan saja, ada yang langsung terasa setelah mengonsumsi tapi ada juga yang baru terasa hingga dua hari kemudian.
Sedangkan salah satu efek lain dari MSG pada anak-anak adalah dapat memicu terjadinya serangan asma, karenanya bagi penderita asma diusahakan untuk menghindari penggunaan MSG.
Asam glutamate yang terkandung dalam MSG adalah suatu neurotransmitter yang dapat membangkitkan rasa pada sistem saraf. Pada beberapa orang tertentu dapat mengakibatkan masalah neurologis seperti perubahan mood, menjadi bingung dan timbul migrain.
Berdasarkan penelitian terhadap tikus di laboratorium ditemukan peningkatan peluang obesitas karena konsumsi MSG. MSG di dalam tikus muda memiliki risiko tiga kali lipat jumlah insulin dalam pankreasnya yang memicu obesitas. Laporan ini berjudul ‘Sensory And Autonomic Nerve Changes In The Msg-Treated Rat: A Model Of Type II Diabetes‘ yang dibuat peneliti dari UAE University.
MSG cukup banyak terdapat dalam berbagai jenis makanan seperti makanan ringan, makanan yang bisa tahan lama atau pada makanan yang dijual bebas, sehingga terasa sulit untuk dihindari secara total.
Kadang-kadang produsen juga tak lagi menulis MSG di label makanannya. Tapi menulis dengan nama lain glutamat, calcium caseinate, yeast extract, hydrolyzed protein, textured protein, gelatino.
Konsumen yang harus memutuskan apakah MSG bermanfaat atau berbahaya karena MSG masih dibolehkan dalam makanan dan dianggap aman.
Tapi jika MSG membuat tidak nyaman dan menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan sebaiknya tidak lagi menggunakan MSG.(ir/ir)
Sumber: DetikHealth
PS: Mau tahu pola makan sehat secara medis holistik Ananopathy? Silahkan Anda pelajari materinya gratis DI SINI.